Jumat, 16 April 2010

Profesional-Profesional Hot Indonesia di Medan Global

Sumber : Majalah SWA

Eko Kurniawan: Mengejar Mimpi sebagai Eksekutif Puncak Perusahaan Telko Dunia

Anda jangan coba-coba membujuk Eko Kurniawan untuk pulang ke Indonesia dalam waktu dekat. Ajakan itu pasti ditolaknya secara halus. Maklum, ia sudah membulatkan tekadnya akan balik ke Tanah Air 10-15 tahun lagi. Alasannya, ia ingin mengejar mimpi sebagai eksekutif puncak (dewan direksi) di perusahaan telekomunikasi 5 besar dunia. Dan ia memperkirakan cita-cita itu bakal tercapai tahun 2020-25.

Jika melihat posisinya kini sebagai Manajer Test Progamme T-Mobile Inggris, tampaknya memang perjalanan jauh mesti ditempuh Eko untuk menuju level board of director. Meski demikian, ia tidak berkecil hati. Ambisi itu cita-citanya sejak dulu yang diupayakannya untuk terwujud.

Dengan jabatannya sekarang, tanggung jawab Eko adalah memimpin program integrasi dan pengujian perangkat sistem telekomunikasi di operator seluler internasional. Hebatnya, profesional yang bergabung dengan T-Mobile sejak Desember 2007 itu terbilang sukses melakukan integrasi dan uji coba sentra SMS di beberapa cabang T-Mobile di Eropa. Tidak puas dengan prestasi itu, ia berharap, ”Target jangka pendek: bisa menyelesaikan program yang saya pimpin dengan sukses.”

Ia konsisten meniti karier di ranah telekomunikasi. “Bidang ini saya minati dan berpotensi besar untuk pindah ke luar negeri,” ucapnya. Pucuk dicita ulam pun tiba. Kesempatan itu datang di tahun 2007 ketika T-Mobile mencari kandidat yang memiliki keahlian di bidang SMS dan integrasi sistem.

Sebelum melalangbuana, Eko sempat berkarier di dalam negeri. Mula-mula ia bekerja sebagai system administrator salah satu perusahaan Internet service provider di Bandung. “Waktu itu saya masih kuliah dan kira-kira satu tahun sebelum lulus bekerja di perusahaan tersebut,” Eko menuturkan perjalanan kariernya. Setelah itu, ia pindah ke PT FirstWAP Mobile Internet Services, Jakarta, 2001-03. Selanjutnya, Juni 2003-05, ia menjadi System Integration Engineer – Mobile Communication SchlumbergerSema (kini dikenal sebagai Gemalto) di Jakarta.

Eko mengaku keinginannya bekerja di mancanegara tebersit sejak bekerja di Schlumberger. Kebetulan, kala itu ia dikirim ke luar negeri untuk mengerjakan beberapa proyek. “Saya sangat menikmatinya dan sejak itu merancang strategi untuk bisa bekerja di luar negeri dengan cara melakukan riset skill-skill yang sedang dicari, kemudian berusaha mendapatkan skill di Indonesia,” ujar sarjana teknik telekomunikasi dari STT Telkom, Bandung ini.

Menurut Eko, umumnya perusahaan di Eropa menerapkan budaya meritokrasi. Nah, untuk menyiasatinya, kiat utama yang dibutuhkan adalah terus berprestasi dalam bekerja dan membuktikan integritas, sehingga bisa mendapat kepercayaan dan respek dari rekan kerja dan atasan. Baginya, ritme dan budaya kerja di Eropa relatif tidak sekeras di Indonesia, sehingga nilai plus ini dapat dimanfaatkan untuk keunggulan kompetitif pekerja dari Indonesia, yaitu terbiasa bekerja long hours dan under pressure.

Banyak suka-duka yang dialami Eko selama berada di negeri orang. Pengalaman menariknya, dapat bekerja di lingkungan multikultural. “Di tim saya, kewarganegaraannya sangat beragam,” ia menambahkan. Ada yang dari Afrika Selatan, Selandia Baru, Inggris, Kanada, India, bahkan ada yang dari Afganistan. Ia pun benar-benar merasakan asyiknya bekerja di proyek internasional yang kompleks, karena harus menangani lima cabang T-Mobile di Eropa dan aktivitas sehari-harinya lebih banyak dijalani melalui telephone conference.

Sementara pengalaman dukanya adalah soal komunikasi dan budaya. Pasalnya, orang Inggris memiliki tradisi mengatakan sesuatu secara halus atau tersirat. Mulanya ia butuh waktu untuk memahami apa maksud sebenarnya dari komunikasi rekan-rekannya. Selain itu, karena T-Mobile berpusat di Jerman, ia juga harus pintar-pintar beradaptasi dengan budaya Inggris yang bertolak belakang, karena kultur Jerman lebih to the point dalam berkomunikasi.

Kelak, jika Eko kembali ke Indonesia, banyak hal yang hendak dijalankannya, antara lain mengajar di almamaternya dan menjadi konsultan perusahaan-perusahaan lokal. “Juga, mendirikan perusahaan agar membuka lapangan kerja,” kata peraih master bidang ilmu komputer dari Universitas Indonesia ini.

Eva Martha Rahayu dan Darandono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar